Bagaikan - Part #1
Bagaikan
hujan yang membawa kebahagiaan dan kesedihan di waktu yang bersamaan.
Bagaikan
udara yang terasa kehadirannya namun tak dapat terlihat olehnya.
Bagaikan
pasir yang tak mampu dia eratkan genggamannya hingga tak ada selah yang
tersisa.
Hukum
alam yang tak dapat dihindari. Ketika satu pihak mengejar maka pihak lain akan
berlari hingga akhirnya dapat teraih, namun tak mudah untuk berjalan
beriringan. Terlalu banyak perbedaan diantara keduanya hingga sulit untuk
merangkai kisah indah bersama. Tangisan dan senyuman bagaikan pengiring wajib
untuk keduanya meraih cinta.
*****
Aira
menatap pantulan dirinya dicermin. Seragam abu abu telah melekat di tubuhnya.
Kerudung warna putih sudah terpakai rapi di kepalanya, dan tak lupa dia pun
memasang bros yang dia pakai hari ini.
“Ra
cepet udah siang, perasaan kamu sekarang dandannya lama” ujar juan yang berdiri
di ambang pintu kamar aira.
Aira
membarengut, “Nggak sabaran.”
“bukannya
ngak sabaran.telat dikit jalanan macet”
Keduanya
berjalan menuruni tangga.
“oh
iya Ra bilangin ke Daniel liqo’ hari ini jam lima bukan jam tiga”
“dia
masih sering ikut liqo’ kak?”
Juan
mengangguk.
“ada
perkembangan apa aja selama Daniel ikut liqo?”
“Lumayan
banyak. Otak Daniel tuh encer banget. Mudah menangkap dan ingatannya kuat
banget. Temen temen kakak kagum sam dia, tapi sayangnya…”
“kenapa
kak?”
“dia
belum siap jadi mualaf. Kata dia hatinya masih ragu. Pas kakak tanya, dia ngak
ngejawab pertanyaan kakak”
Wajah
arlita berubah mendung. Sudah setahun Daniel ikut liqo namun ternyata hati dia
masih rag. Bagaimana kalau hati Daniel terus merasa ragu?
“jangan
terlalu dipikirin ra. Hidayah itu kasanya allah, kita sebagai hambanya tidak
bisa memaksakan semuanya. Temen kakak aja butuh waktu lima tahun hingga yakin
untuk masuk islam”
Obrolan
mereka terhenti ketika sudah sampai didepan gerbang sekolah aira.
“assalamualaikum
kak” aira mencium punggung tangan juan
“waalaikumsalam.
Belajar yang bener. Jangan pikirin pacaran dulu”
“apaaan
sih kak, siapa yang mikirin pacar-pacaran” gerutu aira
“kamu,
kamu nangis kemarin karena mikirin si doi kan. Udah gausah pura pura didepan
kakak. Kamu suka kan sama Daniel?”
Tubuh
aira membeku
Posting Komentar untuk "Bagaikan - Part #1"